JAKARTA, KOMPAS.com – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut B. Pandjaitan mengatakan, pemerintah akan membentuk tim gugus tugas (task force) untuk menyelidiki kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar baru-baru ini terjadi.
Pembentukkan tim gugus tugas ini, lanjut Luhut, sudah mendapat perintah dari Presiden Joko Widodo (Jokowi). “Kedepan, solar ini enggak ada masalah, tapi per kemarin Presiden sudah perintahkan, segera kita membuat task force untuk mengatasi penyeludupan-penyeludupan.
Termasuk menyangkut solar tadi,” kata dia di Bekasi Timur, Jumat (1/4/2022).
Kelangkaan solar ini, Luhut duga karena banyaknya permintaan. Maka dari itu, pemerintah berkoordinasi kepada DPR RI untuk meminta izin penambahan kuota BBM solar. “Ini kita hitung betul dengan cermat. Jadi misalnya ini solar.
Solar ini pun kita enggak membayangkan ternyata Covid-19 ini begitu cepat selesainya di kita,” ucapnya. “Walaupun tempat lain masih masalah, sehingga enggak kebayang demand itu langsung naik, sehingga kuota diputuskan untuk ditambah dan kita minta DPR. Saya kira DPR juga paham,” sambung Luhut.
Mantan Menko Polhukam tersebut pastikan bahwa BBM solar tidak akan langka, sama halnya dengan minyak goreng. “Jadi solar tidak boleh langka. Karena solar itu cukup, tidak boleh kurang. Sama saja dengan minyak goreng, enggak kurang. Jadi kita semua lakukan tindakan terukur,” ucapnya.
Diketahui, di beberapa daerah, BBM jenis solar kini mulai susah ditemukan. Antrean panjang berjam-jam di SPBU untuk mendapatkan solar kini jadi pemandangan yang lazim. Kelangkaan solar sendiri sebenarnya sudah terjadi sejak beberapa pekan. Meski demikian, Pertamina mengklaim distribusi penyaluran solar masih berjalan normal. Dikutip dari Kompas TV, Sabtu (26/3/2022), sudah sebulan, antrean panjang kendaraan yang ingin membeli solar subsidi masih terjadi di sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum, di Kota Padang, Sumatera Barat.
Untuk mendapatkan solar, para supir bahkan harus berkeliling kota, mencari SPBU yang masih memiliki stok. Para sopir terpaksa antre, karena langkanya solar. Bahkan sopir harus memangkas jumlah trayeknya, ini karena gagal mendapatkan solar meski sudah antre berjam-jam. Hal yang sama juga dialami para supir truk dan bus.