Jakarta, CNBC Indonesia – Perekonomian China yang kembali pulih membuat harga batu bara acuan global naik lagi.
Harga kontrak futures batu bara Newcastle melesat 4,93% dan ditutup di US$ 362/ton. Membaiknya harga batu bara didorong aksi bargain buying di tengah pelemahan harga serta adanya sinyal-sinyal perbaikan ekonomi China.
Biro Statistik Nasional China, Rabu (15/6/2022), mengumumkan output industri mereka tumbuh 0,7% (year on year/yoy) pada Mei tahun ini. Sementara itu, investasi aset tetap meningkat 6,2% (yoy) untuk periode Januari-Mei.
Data ini menunjukkan sinyal kuat bagi pemulihan ekonomi China serta ketahanan negara tersebut di tengah lonjakan kasus Covid-19.
Output industri China pada Mei tahun ini jauh lebih baik dibandingkan kontraksi 2,9% yang terjadi pada April.
“Dengan ekonomi yang mulai stabil serta kebijakan mengontrol pandemi, perusahaan dan pabrik telah meningkatkan aktivitas yang membuat perbaikan di sektor manufaktur. Perbaikan ini menunjukkan bahwa ekonomi China akan pulih lebih cepat,” tutur juru bicara Biro Statistik Nasional China Fu Linghui, seperti dikutip The Global Times.
Perbaikan ekonomi China akan sangat menentukan harga batu bara mengingat Negara Tirai Bambu adalah konsumen terbesar si batu hitam.
Kenaikan harga batu bara sebenarnya menjadi katalis positif untuk gerak saham batu bara domestik terutama empat produsen terbesarnya yaitu PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Indika Energy Tbk (INDY) dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG).
Foto: Teknikal
Teknikal |
Jika dilihat dari pola pergerakan harga, sebenarnya masing-masing saham tersebut bergerak searah dengan harga batu bara global. Namun secara sensitivitas berbeda-beda.
Dalam kurun waktu dua tahun terakhir sejak Covid-19, harga saham ITMG dan INDY-lah yang paling sensitif terhadap harga batu bara. Kedua saham ini naik kencang ketika harga batu bara naik.
Sementara di posisi ketiga ada ADRO dan disusul oleh emiten tambang batu bara pelat merah PTBA. Sebagai perusahaan tambang pelat merah PTBA memang banyak menjual batu baranya untuk kebutuhan pembangkit listrik meskipun terus berupaya menggenjot pangsa ekspor.
Berkah kenaikan harga batu bara untuk para emitennya sebenarnya tidak hanya dari kenaikan harga saja tetapi juga berkenaan dengan kenaikan dolar AS. Saat ini dolar AS begitu beringas sehingga bagi perusahaan dengan pangsa ekspor besar bisa menikmati dua keuntungan sekaligus yaitu naiknya harga batu bara dan kenaikan dolar AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA