Jakarta, CNBC Indonesia – Produksi batu bara nasional pada kuartal I 2021 hanya mencapai 143,69 juta ton, turun 4,12% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 149,88 juta ton.
Padahal dari sisi harga, Harga Batu Bara Acuan (HBA) pada awal tahun ini jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Lantas, apa yang menyebabkan produksi batu bara nasional malah anjlok?
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan, turunnya produksi batu bara di kuartal I 2021 dikarenakan faktor cuaca buruk. Seperti diketahui, curah hujan sangat tinggi di awal tahun 2021 ini. Pada pertengahan Januari misalnya, telah terjadi banjir di Provinsi Kalimantan Selatan yang banyak terdapat area pertambangan.
“Sebagian wilayah Kalimantan Timur (Kaltim) juga banjir. Ini yang berpengaruh terhadap produksi batu bara,” ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Selasa(04/05/2021).
Penurunan produksi di awal tahun menurutnya sudah menjadi tren dari tahun ke tahun. Menurutnya, biasanya di kuartal I, faktor cuaca menjadi penghambat laju produksi batu bara.
“Jika melihat tren produksi, biasanya di kuartal I di tahun-tahun sebelumnya, tingkat produksi lebih rendah karena memang disebabkan oleh faktor cuaca,” jelasnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, penurunan produksi tersebut mendorong menguatnya harga komoditas batu bara. Terlebih, lanjutnya, permintaan batu bara di kuartal I cukup tinggi.
“Pasokan dari Australia juga sempat terpengaruh akibat banjir di beberapa wilayah yang memiliki konsesi batu bara,” ujarnya.
Data produksi batu bara pada kuartal I 2021 ini tercantum di dalam Minerba One Data Indonesia (MODI) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang dikutip CNBC Indonesia hari ini, Selasa (04/05/2021).
Bila dibandingkan dengan target produksi 2021 yang dinaikkan menjadi 625 juta ton, maka ini berarti realisasi produksi batu bara pada kuartal I 2021 baru sebesar 22,9% dari target tahun ini.
Berdasarkan data MODI tersebut, produksi terlihat lebih tinggi pada Maret 2021 yakni mencapai 49,46 juta ton, meningkat dari Februari yang sebesar 45,70 juta ton dan Januari 48,55 juta ton.
Bila dibandingkan dengan kuartal I 2020, trennya memang menunjukkan hal serupa, yakni produksi Maret lebih tinggi dibandingkan dua bulan sebelumnya. Namun produksi pada awal tahun 2020 tersebut sudah lebih tinggi dibandingkan 2021 ini.
Produksi batu bara pada Januari 2020 mencapai 50,96 juta ton, lalu Februari turun menjadi 47,13 juta ton, dan Maret 2020 naik lagi menjadi 51,79 juta ton.
Dari sisi Harga Batu Bara Acuan (HBA), pada Januari 2021 sebesar US$ 75,84 per ton, lalu melesat menjadi US$ 87,79 per ton pada Februari, dan turun di Maret menjadi US$ 84,47 per ton.
Harga batu bara pada awal tahun ini jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama 2020. Berdasarkan data Kementerian ESDM, HBA pada Januari 2020 hanya berada di level US$ 65,93 per ton, lalu menanjak ke US$ 66,89 per ton pada Februari 2020, dan naik tipis ke US$ 67,08 per ton.