CNN Indonesia | Selasa, 16/02/2021 20:05 WIB
Jakarta, CNN Indonesia — Menteri BUMN Erick Thohirmengungkapkan pemerintah tengah membentuk tim khusus untuk mencari jurus meningkatkan laju ekonomi Indonesia dengan memanfaatkan pertumbuhan ekonomi India dan China. Salah satunya dalam upaya peningkatan ekspor.
Hal ini diungkapkan Erick saat menjadi pembicara di forum diskusi virtual yang diselenggarakan tvOne pada Senin (15/2). Sinyalnya, tim ini tengah mencari cara untuk menggenjot ekspor ke dua negara mitra dagang Indonesia itu.
“Kita sedang bentuk tim yang mulai cari cara memberi kesempatan Indonesia untuk ada pertumbuhan di negara lain, seperti India, China, ini middle class-nya tumbuh,” kata Erick.
Menurutnya, pertumbuhan India dan China bisa dimanfaatkan Indonesia untuk ikut memetik pertumbuhan. Pasalnya, kedua negara memiliki populasi penduduk yang besar.
Sementara Indonesia, punya sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan untuk pasar mereka. “Karena kita punya ikan, sarang burung, tambang, kita akan coba push ke luar negeri untuk tambah pemasukan negara,” ujarnya.
Selain mendongkrak pertumbuhan dari ekspor, Erick mengatakan pemerintah juga telah menyiapkan kebijakan lain untuk memulihkan ekonomi Indonesia, yaitu dengan program padat karya bagi masyarakat.
“Pak Presiden ingin program strategis nasional semua sekarang diminta untuk padat karya,” imbuhnya.
Tak cuma dari sisi ekspor dan konsumsi, Erick menyatakan pemerintah juga akan berusaha menumbuhkan ekonomi di bidang investasi. Caranya dengan mengimplementasikan Undang-Undang Cipta Kerja pada tahun ini.
Selain itu, juga dengan mengoperasikan Lembaga Pengelola Investasi (Indonesia Investment Authority/INA). Ini merupakan lembaga pengelola investasi dana abadi (Sovereign Wealth Fund/SWF) terbesar di tanah air.
“Kami akan fokus ke project daripada pembangunan Indonesia yang diharapkan bisa membuka lapangan kerja, termasuk investasi,” tuturnya.
Kendati begitu, Wakil Presiden Indonesia ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla menilai usaha meningkatkan pertumbuhan ekonomi domestik dengan menggenjot ekspor sulit dilakukan. Pasalnya, pandemi covid-19 mewabah ke semua negara.
Hal ini membuat daya beli seluruh masyarakat di dunia ikut tertekan. Dengan begitu, pasar yang dibidik Indonesia sesungguhnya juga tengah melemah daya belinya.
“Intinya daya beli, mau apapun memperbaiki ekonomi tanpa daya beli tidak bisa jalan. You bisa bikin mobil, sepeda motor, baju, apa saja hari ini, bisa produksi kembali, tapi siapa yang beli? Masalahnya ini krisis ekonomi di seluruh dunia,” ujar JK, sapaan akrabnya.
Kondisi ini, kata JK, lebih sulit dari krisis ekonomi pada 1998. Ketika itu, menurutnya, meski kondisi ekonomi tanah air dilanda krisis, tapi beberapa negara di dunia tidak terkena dampak krisis.
“Dulu saat krisis, masih ada negara yang bagus, kita bisa jual ke sana, tapi sekarang mau jual, kurang, meski masih ada beberapa produk masih laku, ada batu bara, palm oil, tapi secara umum, produk-produk masyarakat itu sulit. Maka intinya selesaikan dulu krisis kesehatannya, nanti otomatis (krisis ekonominya) kena,” pungkasnya.
(uli/sfr)