Jakarta, CNBC Indonesia – Geliat harga komoditas energi batu bara dalam beberapa bulan terakhir membuat saham-saham batu bara, terutama di Indonesia dan China juga ikut melesat.
Hal ini karena antusiasme investor yang masih memuncak berkat kenaikan harga batu bara dunia, seiring meningkatnya permintaan batu bara di tengah krisis energi yang melanda beberapa negara seperti kawasan Eropa, China, dan India.
Di Indonesia, saham produsen batu bara milik Grup Bakrie, yakni PT Bumi Resources Tbk (BUMI) juga masih bergerak positif, meskipun pada hari ini pergerakannya cenderung naik-turun.
Pada sekitar pukul 09:40 WIB, saham BUMI sempat melesat 1,15% ke level harga Rp 88/saham. Bahkan pada pembukaan pasar hari ini, saham BUMI sempat melesat 2,3% ke level harga Rp 89/saham. Sejak akhir Agustus, saham BUMI sudah melesat hingga lebih dari 70%.
Sementara untuk saham-saham batu bara lainnya seperti PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dan PT Indika Energy Tbk (INDY), keduanya sudah melesat hingga 50% dan 74% sejak akhir Agustus lalu.
Indonesia merupakan negara pengekspor batubara termal terbesar di dunia. Pada tahun 2020, RI mengekspor batu bara hampir 400 juta ton, atau sekitar 40% dari total batu bara global.
Tak hanya di Indonesia, Australia dan India juga terjadi hal serupa, di mana saham Yancoal Australia, anak perusahaan Yanzhou Coal Mining China telah melonjak lebih dari 80% sejak akhir Agustus lalu.
Sementara saham Coal India yang juga menjadi produsen batubara terbesar di dunia harga sahamnya telah meningkat lebih dari 30% sejak akhir Agustus lalu.
Kenaikan ini sangat kontras dengan tolok ukur global. Indeks MSCI World dan MSCI All Country Asia Pacific keduanya berada di teritori negatif dibandingkan akhir Agustus. Acuan di masing-masing negara, termasuk blue chip CSI300 China dan Nikkei Stock Average Jepang, hampir mendatar.
Foto: QUICK-Fact Set & Asia Nikkei
Saham Batu Bara Asia |
Antusiasme investor berinvestasi di sektor batu bara terjadi mendekati musim dingin di beberapa negara barat, ketika aktivitas pembangkit listrik tenaga batu bara cenderung melonjak.
Harga batu bara telah meningkat lebih dari tiga kali lipat sejak awal tahun, dengan acuan harga batubara termal di Asia mencapai rekor tertinggi sepanjang bulan ini sebesar US$ 269 per ton. Kenaikan yang stabil didorong oleh naiknya permintaan batu bara di China dan India dan negara-negara dunia yang sedang dilanda krisis energi.
Foto: QUICK-Fact Set & Asia Nikkei
Harga Batu Bara (YTD) |
Hal ini karena kedua negara tersebut merupakan konsumen terbesar batu bara termal sehingga China dan India pun bergegas untuk mengamankan pengiriman dari luar negeri dalam menghadapi pasokan domestik yang terbatas.
Di China, pemerintah telah membatasi aktivitas penambangan menyusul kecelakaan fatal di beberapa lokasi tahun ini.
Beijing juga telah menerapkan reformasi yang bertujuan untuk mencegah operasi pertambangan yang lebih kecil yang rentan terhadap langkah-langkah keamanan yang lebih longgar.
Sementara di India, hujan lebat yang menerjang India sepanjang Juni-September menyebabkan terganggunya produksi batu bara dan distribusi batu bara melalui kereta api, menyebabkan persediaan batu bara di India anjlok ke tingkat yang sangat rendah.
Selain China dan India, negara-negara Eropa yang kini sedang dilanda krisis energi akibat melonjaknya harga gas alam membuat Benua Biru terpaksa beralih ke batu bara untuk menyelamatkan operasional pembangkit listrik.
“Batubara cenderung relatif murah. Meskipun berhasil mencetak reli tahun ini, namun harganya masih dibawah sepertiganya dari gas alam cair,” kata Hiroshi Hashimoto, ahli LNG dan analis senior di Institute of Energy Economics, dikutip dari Asia Nikkei.
Indonesia dan Australia, yang merupakan dua negara pengekspor batu bara terbesar, juga sedang berjuang untuk meningkatkan produksinya karena curah hujan yang tinggi dan kekurangan tenaga kerja yang disebabkan oleh pandemi virus corona (COVID-19).
Adapun Rusia, negara pengekspor batu bara terbesar ketiga di dunia, kini terpaksa mengekspor lebih banyak batu bara ke China dan Eropa.
Menurut Kementerian Energi Rusia, ekspor batu bara Rusia dari Januari hingga Agustus mencapai sekitar 142 juta ton, naik 11% dari tahun 2019 lalu atau sebelum pandemi Covid-19 menerpa dunia.
Ekspor Rusia turut membantu permintaan batu bara China, yang telah menghentikan impor batu bara dari Australia karena ketegangan diplomatik.
Foto: IEA & Asia Nikkei
Negara Eksportir-Importir Batu Bara |
Menurut Justian Rama, analis riset ekuitas di Citigroup Securities di Indonesia memperkirakan harga batu bara akan tetap di atas level US$ 200 per ton, setidaknya hingga akhir tahun ini.
“Harga batu bara yang kuat saat ini mungkin memaksa China untuk melonggarkan pemeriksaan keamanan batubara domestiknya untuk meningkatkan pasokan dan mungkin mulai mempertimbangkan kembali larangan impor Australia,” kata Rama dalam laporan risetnya.