CNN Indonesia | Jumat, 22/01/2021 22:18 WIB
Jakarta, CNN Indonesia — Direktur Mega Project PT PLN (Persero) Ikhsan Asaad mengatakan 52 lokasi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar batu bara akan menerapkan metode co-firing hingga 2024. Dalam metode itu, biomassa akan menjadi substitusi batu bara.
Seluruh PLTU dengan kapasitas 18 ribu Megawatt (MW) tersebut membutuhkan bahan bakar biomassa sebanyak 12 juta ton per tahun.
Nantinya, kata Ikhsan, PT Perkebunan Nusantara III Holding (Persero) dan Perum Perhutani akan menjadi mitra penyedia biomassa. Hari ini, PLN dan kedua perusahaan telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) terkait kerja sama tersebut.
Ikhsan menjelaskan co-firing PLTU dengan bahan bakar biomassa adalah upaya alternatif mengurangi pemakaian batu bara dengan tetap memperhatikan kualitas bahan bakar sesuai kebutuhan.
Ada dua bahan baku yang jadi campuran metode co-firing, yakni sampah dan limbah atau hasil hutan berupa kayu. Bahan baku tersebut kemudian dicampurkan dengan komposisi 1 persen hingga 5 persen.
Jika kerja sama ini berhasil, tutur Ikhsan, PLN tak perlu lagi mengeluarkan belanja modal (capital expenditure) untuk meningkatkan bauran energi baru terbarukan (EBT). “Kita tidak perlu bangun pembangkit baru lagi kita bisa naikkan bauran EBT kita dengan subtitusi biomassa dengan batu bara,” tuturnya.
Hingga November 2020 tercatat 23 unit PLTU batu bara yang melakukan uji coba pencampuran bahan bakar batu bara dengan biomassa tersebut. Jumlah tersebut bertambah cukup signifikan pada awal Januari lalu. “Alhamdulillah pada per tanggal 5 Januari itu nambah 32 yang sudah diujicoba jadi kami dorong terus,” tuturnya
Sementara 6 pembangkit yang sudah mengimplementasikan co-firing atau potential operation antara lain PLTU Jeranjang, PLTU Pacitan, PLTU Suralaya, PLTU Ketapang, PLTU Sanggau, dan PLTU Belitung.
(hrf/sfr)